Kamis, 22 Desember 2016

Wisata Kuliner di Kota Mataram


Cita Rasa Khas Ayam Taliwang

Mengunjungi dan menikmati sebuah kota untuk berlibur tidak sah rasanya jika tidak menikmati pula makanan khas yang ada di kota tersebut. Dikota mataram, salah satu makanan khas yangn paling terkenal dari ayam taliwang. Ayam taliwang adalah masakan yang terbuat dari ayam kampung muda pilihan yang berasal dari kampung karang taliwang, kelurahan cakra utara, kecamatan cakranengnara, kota mataram. Namun seiring berjalannya waktu masakan khas ayam taliwang ini kini bias dijumpai diluar kampong asalnya. Warung-warung atau rumah makan bahkan restoran berkelas saat ini telah banyak menyajikan makanan khas ini mudah kita temui merata di kota mataram.

Tidak bisa dipungkiri lagi, ayam taliwang sekarang telah menjadi makanan khas nusantara yang banyak dicari oleh para wisatawan yang berkunjung ke nusa tenggara barat (NTB) khususnya dikota mataram. Bahkan, masakan khas pulau Lombok ini telah merambah kota-kota besar diseluruh Indonesia. Rasanya yang unik dan lezat menjadikan masakan ini sebagai peluang bisnis untuk mendirikan rumah makan dikota-kota besar tersebut. Namun tidak ada yang lebih indah dan memuaskan jika kita menikmati masakan ayam taliwang langsung dikota asalnya.

Yang membuat unk dai masakan khas Lombok yang saat ini adalah ayamnya. Ayam yang digunakan adalah ayam kampong yang masih muda, berusia sekitar 3-4 bulan dan disajikan pereokor. Sajiannyapun memiliki rasa yang beragam denan proses penyajian yang berbeda pula. Ada yang digoreng lalu dibakar, ada juga yang direbus lalu dibakar, serta ada juga yang digoreng bkar yaitu digoreng lalu dibakar secara bersamaan. Setelah itu, ayam akan dibaluri bumbu-bumbu khas ayam talliwang yang tentu saja menggoda selera kita untuk segera menyantapnya.

Dalam penyajian ayam taliwang juga disertai dengan beberapa masakan pelengkap yang juga menjadi masakan khas pulau Lombok seperti plecing kangkung yang terkenal renyahnya, sambal beberuk yang berisikan irisan kecil kacang panjang, cabe rawit khas Lombok, terong bulat dan irisan lembut tomat. Biasanya, sambal yang disajikan ada dua macam jeisnya. Yang pertama adalah sambal plecing dan yang kedua adalah sambal beberuk. Kedua sambal inilah yang menambah selera makan kita, terutama dengan aroma perasan jeruk nipis yang benar-benar memanjakan lidah kita khususnya bagi pencita kuliner.

Akses dan akomodasi

Untuk mengakses wisata kuliner dan menikmati sajian ayam taliwang sangatlah mudah. Warung, rumah makan ataupun restoran akan sangat mudah anda jumpai merata di kota mataram. Masing-masing tempat menyajikan rasa yang berada dengan nuansa yang berbeda pula. Mulai dari nuansa kota hingga nuansa alami perdesaan.

Bagi anda yang kebetulan ada di tengah kota mataram, anda tinggal menusuri ruas-ruas jalan yang nantinya akan anda temui rumah makan yang menyajikan masakan ayam taliwang. Namun bila anda ingin menikmati lezatnya ayam taliwang dengan nuansa alami perdesaan, anda bis a juga menyisir pinggir kota mataram.

Pada pinggir kota mataram, banyak lesehan atau rumah makan yang menyajikan maakan ini dengan nuansa alami, anda bias menikmatinya sambal menikmati hijaunya hamparan persawahan, memberi makan ikan-ikan yang ada dikolam dan tentu saja sangat jauh dari bisnisnya hiru pikuk perkotaan.

Anda juga bisa mengakses informasi dari dinas pariwisata kota mataram tentang informasi terkait makanan ayam taliwang ini, mulai dari lokasi rumah makan hingga informasi tentang sejarah masakan ini. Namun bagi anda yang berkunjung menggunakan agar travel, pihak travel dengan senantiasa akan memandu anda untuk berburu kuliner yang sudah jadi khas turun temurun ini. Selamat menikmati. (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram, Buku Ayo ke Mataram).

Sumber: mataramkota
Foto: kakimusakit

Lombok Tengah Dukung Program INOVASI Pendidikan


Wakil Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bahri menyambut baik program Inovasi dan akan mendukung penuh dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar di daerahnya.
Sebab, program Inovasi sejalan dengan misi pemerintahannya, yakni meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Lombok Tengah dengan mengepankan keadilan dan keseteraan.

"Mudahan program Inovasi ini menjadi harapan baru untuk percepatan pembangunan pendidikan di Lombok Tengah," kata Wakil Bupati saat acara pembukaan "roadshow" program Inovasi di Kabupaten Lombok Tengah, oleh tim dari Inovasi untuk pendidikan NTB, Senin (25/7/2016).

Kegiatan sosialisasi program Inovasi di enam kabupaten/kota dilakukan Kemendikbud bersama Pemerintah Provinsi NTB bekerja sama dengan Pemerintah Australia yang mendanai program tersebut.

Australia mengucurkan dana sebesar 49 juta dolar Australia, untuk membiayai program tersebut di NTB, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua, selama empat tahun.

Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengajak pemerintah kabupaten di Nusa Tenggara Barat (NTB) mendukung program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran siswa pada jenjang pendidikan dasar.

"Pemerintah kabupaten di NTB, termasuk Lombok Tengah, perlu menyambut baik program Inovasi untuk pendidikan ini," kata Kepala Sub Direktorat pada Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suprananto, di Lombok Tengah.

Ajakan tersebut disampaikan pada saat acara pembukaan "roadshow" program Inovasi di Kabupaten Lombok Tengah, oleh tim dari Inovasi untuk pendidikan NTB, yang dihadiri Wakil Bupati Lombok Tengah Pathul Bahri.

Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu dari enam kabupaten di NTB, yang menjadi lokasi sosialisasi program Inovasi, selain Kabupaten Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Bima.

Suprananto mengatakan, program Inovasi diharapkan bisa menjadi salah satu cara mempercepat perbaikan mutu pendidikan, khususnya di NTB.

Inovasi merupakan program pendidikan yang fokus pada peningkatan mutu pembelajaran siswa pada jenjang pendidikan dasar, khususnya peningkatan mutu membaca dan berhitung terhadap anak usia 7-15 tahun.

Program Inovasi akan bekerja sama dengan guru, orang tua, kepala sekolah, pemerintah kabupaten dan pemangku kepentingan lain dalam mengujicobakan melalui tindakan kelas, peningkatan kapasitas guru dalam melakukan penilaian dalam kelas.

Selain itu, memberi umpan balik kepada siswa, serta peningkatan sistem pelaporan dan siklus umpan balik ke seluruh pemangku kepentingan, termasuk orang tua, terkait dengan pembelajaran siswa dan kinerja.

"Tidak mudah memang untuk membuat suatu percepatan karena masalah mutu pendidikan cukup kompleks," ucap Suprananto.

Sumber: lombokita

Masalah Gizi di NTB


Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mampu bersaing dengan negara lain. Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1999-2004 disebutkan bahwa arah kebijakan pembangunan kesehatan antara lain adalah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat serta meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan non kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan.

Masalah kesehatan yang terkait gizi di Indonesia semakin kompleks dalam beberapa dekade mendatang karena Indonesia masih memerlukan waktu panjang untuk mengatasi kemiskinan yang erat kaitannya dengan kekurangan gizi (undernutrition). Sampai saat ini Indonesia masih menghadapi masalah gizi kurang seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Di sisi lain, prevalensi gizi lebih (overnutrition) dengan segala implikasinya pada kesehatan dari waktu ke waktu cenderung meningkat seiring dengan derasnya arus global yang mempengaruhi budaya dan pola makan masyarakat Indonesia.

Munculnya kasus gizi buruk NTB dan beberapa daerah lain di Indonesia pada pertengahan tahun 2005 lalu sangat menggemparkan segenap elemen masyarakat ,meskipun hal tersebut bukan merupakan hal baru di Indonesia. Gizi buruk ini merupakan bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun serta tingginya kejadian infeksi. Semua masalah gizi tersebut berpengaruh terhadap pembentukan kualitas sumber daya manusia sebagai aset penting dalam pembangunan.

Masalah gizi klinis sebagai masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang dan memerlukan penanganan secara individual juga semakin beragam dan kompleks. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi pada semua kelompok rentan dari ibu hamil bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut menunjukkan semakin dirasakan perlunya penanganan secara khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi yang optimal sehingga tidak terjadi kurang gizi serta untuk menunjang mempercepat penyembuhan.

Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit terutama pada penderita anoreksia, kondisi mulut gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna, infeksi berat dan pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian Sunita Almatsier yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta tahun 1991 menunjukkan 20% – 60% pasien menderita kurang gizi saat di rumah sakit. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit. Sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Oleh karena itu pelayanan gizi yang bermutu yang diaplikasikan melalui terapi gizi medis yang tepat berdasarkan keadaan klinis pasien, status gizi dan status metabolisme tubuh pasien mutlak diperlukan.

Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien. Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam dan komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual dan tepat, di mana pelaksanaannya harus holistik dan dinamis mengikuti perkembangan klinis pasien serta diperlukan kerja sama yang baik antara dokter, dietisien, perawat dan petugas lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan penanggulangan gizi buruk.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat dan penanggulangan masalah gizi baik gizi masyarakat maupun gizi klinik (individu) makin mendapat prioritas dalam strategi Pembangunan Nasional, sehingga pemecahan masalah gizi ditempatkan sebagai ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. Dengan demikian, untuk dapat mengatasi masalah gizi yang kompleks tersebut dengan sumber daya dan dana terbatas diperlukan pengetahuan dan keterampilan manajemen pelayanan gizi yang memadai. Di samping itu usaha-usaha promotif dan edukatif dengan melibatkan partisipasi masyarakat luas juga harus menjadi bagian terpadu dari penanganan masalah gizi di NTB.

Untuk mewujudkan itu, maka harus ada ketersediaan tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi (Dietisien) Puskesmas Perawatan yang mandiri dan profesional serta mampu mengedepankan pelayanan terbaik mutlak diperlukan mengingat pentingnya peranan gizi dalam mempercepat proses penyembuhan pasien. Tenaga gizi di NTB saat ini, khususnya dengan latar belakang Diploma maupun Sarjana Gizi secara kuantitas dan kualitas masih kurang sehingga kompetensi tenaga yang ada, kurang sesuai dengan lingkup permasalahan ataupun program yang berkembang.

Sehubungan dengan tuntutan profesionalisme ahli gizi dalam pengembangan pergizian di NTB terutama dalam peranannnya sebagai pengelola dan pelaksana asuhan gizi, pelayanan gizi masyarakat dan sebagai pelaku praktek kegizian serta mengingat makin kompleknya permasalahan gizi klinik di masyarakat dan puskesmas, maka peningkatan pendidikan bagi tenaga gizi relevan dengan kebutuhan tersebut. Keberadaan tenaga gizi tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan ketenagaan di Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu provinsi dengan kasus-kasus gizi yang cukup banyak. Di samping itu tujuan dengan adanya peningkatan tenaga tersebut diharapkan mampu meningkatkan pula wawasan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga gizi yang lain sehingga pada akhirnya dapat berkiprah secara maksimal dan profesional dalam pembangunan khususnya dalam upaya penanggulangan masalah gizi dan kesehatan di NTB.

Penulis: Susilo Wirawan, SKM/Anggota Persagi Prop. NTB)
Sumber: persagintb

Rabu, 14 Desember 2016

Patani Rumput Laut Menunggu Investor


Meski tercatat sebagai produsen rumput laut, Indonesia masih banyak mengimpor produk olahan rumput laut karena sebagian besar ekspornya berupa bahan baku.

Andai saja investor pengolahan mau terjun ke Nusa Tenggara Barat, mereka tak akan kekurangan bahan baku.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terbilang penghasil komoditas perikanan cukup besar untuk Kawasan Timur Indonesia.  Sekitar 70% produksi ikannya berasal dari tangkapan, sisanya  hasil budidaya.  Kini porsi produksi ikan dari penangkapan menurun dibandingkan dari hasil budidaya.  Salah satu komoditas budidaya yang cukup menonjol adalah rumput laut.  Hingga tahun silam, produksi rumput laut NTB mencapai 31.162,8 ton senilai Rp19-miliar lebih. Produksi sebanyak ini berasal dari areal seluas 6.390,3 ha dan melibatkan 2.916 orang pembudidaya. Masih ada sekitar 15.000 ha lagi perairan yang potensial untuk budidaya rumput laut belum tergarap.

Wilayah pengembangan rumput laut saat ini tersebar di sepanjang perairan pantai dan teluk-teluk di seluruh kabupaten se-NTB.  Sentra produksinya terdapat di Teluk Gerupuk yang termasuk Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kab. Lombok Tengah dengan volume 14.416 ton.  Sentra lainnya di kawasan Teluk Ekas, Kab. Lombok Timur dengan produksi sebanyak 2.151 ton.  Daerah pengembangan lainnya ada di Pengantap (Kab. Lombok Barat), Pulau Medang, Pulau panjang, Lab. Teratak, Lab. Sanggar dan Lab. Bontong (Kab. Sumbawa), Kwangko (Kab. Dompu) dan Teluk Waworada (Kab. Bima).

Pemanfaatan areal di kedua wilayah sentra produksi tersebut terbilang relatif masih rendah sehingga perlu dipacu dan didukung pemerintah maupun swasta. Swasta dapat berperan menjadi lokomotif dalam pengembangan rumput laut.  Dari sisi investasi, kedua lokasi itu cukup mudah dijangkau karena hanya berjarak 1,5 jam perjalanan darat dari ibukota provinsi, Mataram. Prasarana jalan menuju lokasi pun memadai berupa hotmix dan jalan beraspal.  Demikian pula sarana angkutan umum berupa angkutan pedesaan pun menjangkau wilayah itu. Sungguh sayang bila potensi tersebut ditelantarkan.

Kondisi Budidaya
Rumput laut yang dikembangkan di NTB umumnya dari jenis Eucheuma spinosum, E. cottonii, dan Gracillaria sp. Mereka menerapkan beberapa metode budidaya di antaranya metode dasar (diikat pada substrat), metode lepas dasar (patok), metode rakit apung, dan metode tali panjang (long line). Metode dasar dan lepas dasar berkembang di Lombok Barat dan Lombok Tengah. Metode rakit apung disukai di Lombok Timur, sedangkan metode tali panjang banyak ditemukan di Sumbawa.

Bibit rumput laut berasal dari stok alam dan hasil budidaya. Bibit unggul rumput laut merupakan hasil seleksi talus dari beberapa lokasi. Selama ini ada kendala pasokan bibit siap tanam. Tatkala  musim optimal bertanam mulai berjalan, petani harus menghabiskan waktu untuk menyiapkan bibit sehingga waktu berproduksi terampas paling tidak dua bulan. Syukurlah kendala ini mulai teratasi dengan penyediaan bibit awal oleh unit pelaksana teknis (UPT) setempat yaitu Loka Budidaya Laut Lombok Stasiun Gerupuk yang telah ditetapkan sebagai Seaweeds Central. Demikian pula upaya identifikasi lokasi yang benar-benar potensial telah dilakukan untuk mencapai produksi optimal.

Saat ini bisnis rumput laut di NTB baru sampai produksi bahan baku untuk ekspor. Industri pengolahan yang memproduksi karaginan misalnya, belum ada.  Kalau pun ada, baru sebatas memproduksi bahan setengah jadi untuk karaginan dan tepung rumput laut. Produk olahan rumput laut berupa dodol, manisan, dan jeli sudah dapat dihasilkan  pemilik merk Phoenix Mas di kota Mataram. Padahal produk olahan lain dari rumput laut amat beragam dan menjanjikan peluang yang besar, hingga sekarang belum ada investor yang menggarap lahan usaha ini di provinsi tersebut.

Mutu Masih Jadi Masalah
Salah satu permasalahan dalam bisnis rumput laut di sana adalah umur panen dan mutu. Petani umumnya memanen rumput laut sebelum mencapai 45 hari masa pemeliharaan. Mereka rata-rata menghasilkan rumput laut dengan mutu rendah. Kadar airnya 40—50% dan kadar kotoran pun mencapai 10%. Padahal standar mutu yang layak diperdagangkan paling tidak berkadar air 30—35% dan kotoran maksimal 1%. Rendahnya mutu ini terjadi lantaran sebagian besar dari mereka masih melakukan penjemuran di atas pasir tanpa alas sehingga rumput laut yang dihasilkan kotor. Hanya sedikit yang menjemur dengan alas dan para-para bambu. Tambahan lagi, para pedagang/tengkulak juga tidak membeda-bedakan harga rumput laut berdasarkan mutu saat membeli di tingkat petani. Akibatnya tidak ada insentif bagi petani untuk meningkatkan mutu produksinya.

Perkembangan bisnis rumput laut sangat berkorelasi dengan harga di tingkat petani. Kalau saja harga bisa dipertahankan dalam kondisi menguntungkan bagi petani, mudahlah bagi para pelaku industri pengolahan untuk mendapatkan bahan baku. Syaratnya, mereka terlibat dalam kegiatan membina petani agar mampu menghasilkan bahan baku sesuai mutu yang diharapkannya. Jika tak terjun langsung, mereka bisa bersama-sama pemda atau pihak mediator lain misalnya UPT, meningkatkan mutu rumput laut produksi petani sampai siap diperdagangkan di tingkat internasional atau diolah. Kemitraan yang saling menguntungkan antara industri pengolahan besar dengan pemasok dan petani adalah jawaban bagi permasalahan mutu.

Bila permasalahan teknis budidaya dan mutu bisa diatasi, niscaya cita-cita untuk menjadi sentra rumput nasional tidaklah sekadar cita-cita. Dengan penciptaan iklim usaha yang kondusif dari pihak terkait, investor akan menyambar peluang yang ditawarkan di provinsi ini. Pada akhirnya, masyarakat pesisir yang umumnya berpenghasilan rendah akan lebih produktif dan kesejahteraan mereka akan meningkat. Selamat datang investor.

Sumber: bp3kjerowarulotim

Selasa, 13 Desember 2016

NTB Targetkan Produksi Rumput Laut Senilai Rp 2 Triliun


Di Nusa Tenggara Barat (NTB), rumput laut dikembangkan di 10 kawasan di 7 Kabupaten/Kota. Selain di Desa Kertasari yang sudah tersohor berkat produk rumput lautnya yang berkualitas, sebaran budidaya rumput laut juga berada di Labuhan Mapin dan Kecamatan Terano, Kabupaten Sumbawa. Ada juga di Pulau Baji, Kecamatan Kwangko, Kabupaten Dompu dan di Waworada, Kabupaten Bima yang kesemuanya berada di Provinsi NTB.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, rumput laut merupakan penyumbang utama produksi perikanan budidaya. Tercatat, pada tahun 2015 produksinya mencapai 918.021 ton rumput laut basah, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 770.374 ton.

Target produksinya sendiri hingga 2018 adalah 1 juta ton, dengan nilai ekonomi mencapai Rp 2 triliun dan serapan tenaga kerja 37.000 orang.

Namun, menurut Syarifudin, petani rumput laut sekaligus Ketua Koperasi Rumput Laut permata Bahari di Pulau Bajo, potensi rumput laut di wilayahnya belum optimal.

“Dari potensi seluas 3.000 hektar, baru ada 110 petani rumput laut dengan areal tanam 400 hektar,” kata Syarifudin.

Syarifudin berujar, sejauh ini pemasaran hasil rumput laut di NTB serta Pulau Baji tidak terkendala, biasanya sudah ada pengepul di masing-masing Desa.

Produk rumput laut kering itu selanjutnya dikirim ke agen-agen industri berbahan baku rumput laut di Pulau Jawad an Sulawesi.

”Saya optimis dengan pangsa pasar yang luas target penjualan Rp 2 triliun di tahun 2018 bisa tercapai,” ucap Syarifudin.

Sumber: jitunews


Sabtu, 10 Desember 2016

Blue Economy Lombok dan Dodol


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan daerah kombinasi ekosistem daratan dan perairan yang kaya secara ekonomi dan ekologi. Daratan terdiri dari pegunungan, dataran landai, dan pulau-pulau kecil, sedangkan perairannya luar biasa dengan kombinasi perairan sungai-sungai besar, daerah basah, pesisir dan laut.

Jenis sumber daya alamnya juga beragam: sumber daya hayati dan non-hayati dengan keanekaragaman potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi. Namun potensi kerusakan alam jugabesar. Peningkatan intensitas kegiatan ekonomi di daratan akan menyebabkan kerusakan sumber daya alam, sedangkan kerusakan alam di daratan akan merusak perairan: sungai, pesisir, dan laut, berupa degradasi lingkungan karena pencemaran dan sedimentasi. Sementara itu intensitas kegiatan di perairan sendiri juga terus mengancam kerusakan lingkungan perairan.

Kerusakan alam di daratan dan perairan akan berbalik mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi. Sementara itu tantangan pembangunan makin kompleks, terutama sebagai akibat kompetisi ekonomi global, perubahan iklim, dan kependudukan. Untuk itu perlu Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan adalah Konsep Blue Economy.

Kualitas rumput laut Indonesia termasuk yang terbaik di dunia. Karena itu, Republik Rakyat Cina dan Singapura memborong rumput laut Indonesia dengan total kontrak dagang sebesar US$ 58 juta atau senilai Rp 782,71 miliar. Dunia mengakui kualitas rumput laut Indonesia. Dari total ekspor rumput laut dunia, Indonesia mampu menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa sebesar 26,50 persen dari total US$ 1,09 miliar permintaan dunia,”. (Nus Nuzulia Ishak, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan).

Untuk produk rumput laut kering, permintaan dunia terutama sangat tinggi. Produk tersebut diolah menjadi bahan baku makanan olahan, makanan hewan peliharaan, bahan makanan tambahan, pengendalian pencemaran, dan bahan kecantikan.Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha rumput laut untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas budidaya rumput laut Indonesia. Pelaku usaha juga diminta meningkatkan produksi produk rumput laut yang bernilai tambah.
Sekarang rumput laut sudah jadi roh perekonomian masyarakat Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dusun Gerupuk, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut berada sekitar 60 kilometer arah selatan Kota Mataram, merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Tengah.

Terdapat sembilan kelompok nelayan yang bergelut pada budi daya rumput laut jenis Eucheuma cottoni di Teluk Gerupuk. Setiap kelompok memiliki 10-15 orang anggota nelayan. Setiap anggota kelompok nelayan itu memiliki 1-5 area budi daya rumput laut yang dikenal dengan sebutan "long line" atau area budi daya rumput laut yang ditandai dengan bentangan tali dengan ukuran 50 x 50 meter.

Budi daya rumput laut di kawasan Gerupuk tidak mengenal musim, sepanjang tahun bisa dilakukan. Setahun bisa enam kali panen, atau setiap 1,5 bulan waktu budidaya sudah bisa dipanen. Mei hingga Agustus merupakan waktu yang paling tepat untuk budi daya rumput laut. Bulan lainnya juga dibolehkan namun hasilnya kurang memuaskan terkait cuaca.
Setiap "long line" dapat menghasilkan 2,5 ton rumput laut basah, dan jika dikeringkan menghasilkan 375 kilogram, atau setiap satu kwintal (100 kilogram) rumput laut basah yang dikeringkan akan menjadi 15 kilogram rumput laut kering.

Harga jualnya mencapai Rp1.000/kilogram rumput laut basah, dan Rp5.000/kilogram rumput laut kering, sehingga omset yang dapat diraih dari satu "long line" dapat mencapai Rp15 juta.
Satu anggota kelompok ada yang memiliki hingga lima `long line` sehingga bisa menghasilkan cukup banyak uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Para nelayan di teluk Gerupuk Desa Sengkol mulai berkeinginan hendak menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi, mereka berharap anak-anak mereka tidak seperti orang tuanya yang hanya mampu bersekolah sampai Sekolah Dasar.

Apalagi, mereka juga menekuni aktivitas rutin yakni menangkap ikan di laut, dan usaha budi daya lobster, yang mampu menghasilkan jutaan rupiah setiap bulan.
Para nelayan di Teluk Gerupuk mengakui, usaha budi daya rumput laut di kawasan itu sudah cukup lama, apalagi telah ada instalasi Balai Budi Daya Laut Lombok, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Jenis rumput laut jenis Eucheuma cottoni yang dikembangkan di Teluk Gerupuk itu awalnya didatangkan dari Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 2006. Setelah dibekali pengetahuan teknis, para nelayan di sana mulai menggeluti usaha budi daya rumput laut itu.  Usaha budi daya rumput laut itu makin menggeliat ketika para nelayan mendapat dukungan paket bantuan pengembangan usaha dari Pemerintah Provinsi NTB, berupa tali untuk "long line", dan peralatan lainnya, serta bibit rumput laut.

Bantuan modal usaha bergulir itu nilainya sekitar Rp10 juta per paket, yang diberikan kepada sedikitnya 20 orang nelayan dari berbagai kelompok usaha budi daya, setiap tahun anggaran sejak 2010. Untuk mengembalikan bantuan modal usaha itu, bisa hanya dalam dua kali panen, sehingga empat kali panen berikutnya merupakan keuntungan bagi nelayan yang menggeluti usaha budi daya rumput laut. Para nelayan di Teluk Gerupuk itu mengaku akan lebih giat lagi berusaha demi peningkatan kesejahteraan keluarga, dan capaian hidup yang lebih baik di masa mendatang.

Pengembangan agribisnis rumput laut merupakan salah satu program unggulan yang dirangkai dengan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan pengembangan agribisnis jagung, yang dikenal dengan sebutan Pijar (sapi, jagung dan rumput laut).
Program Pijar mulai diimplementasikan pada tahun anggaran 2010, yang terus berlanjut hingga 2012, dan diupayakan akan terus berkelanjutan.

Kegiatan prioritas dalam pengembangan rumput laut antara lain pengembangan kawasan minapolitan meskipun terbatas pada komoditas rumput laut. Berbeda dengan daerah lainnya yang baru mencari kawasan pengembangan minapolitan. Pengembangan masyarakat pesisir berbasis rumput laut merupakan tindak lanjut dari program revitalisasi bidang kelautan dan perikanan. Secara nasional pemerintah telah menetapkan revitalisasi bidang kelautan dan perikanan dan komoditas yang dipilih adalah tuna, udang dan rumput laut. Namun rumput laut merupakan komoditas unggulan yang saat ini lebih banyak diandalkan sebagai komoditas ekspor terbesar di bidang perikanan dan kelautan.

Bahkan, rumput laut produk Indonesia menempati urutan pertama eksportir komoditi perikanan dan kelautan di dunia. Selain minapolitan, Lombok Tengah juga tengah mengembangkan program pengembangan bibit rumput laut berkualitas, bantuan sarana untuk pengembangan rumput laut dan penanganan pascapanen, serta progam pendukung lainnya.

Ada 10 sentra minapolitan masing-masing lima lokasi di Pulau Sumbawa dan Lombok, yakni di Pulau Lombok salah satunya di Teluk Gerupuk dengan potensi kurang lebih 200 hektar, namun belum setengah yang diberdayakan. Minapolitan merupakan kerangka berpikir dalam pengembangan agribisnis berbasis perikanan di suatu daerah. Minapolitan adalah wilayah yang berisi sistem agribisnis berbasis perikanan dengan penggeraknya usaha agribisnis.  Keberhasilan pengembangan minapolitan sangat ditentukan ketika memilih pusat-pusat usaha perikanan, lalu diciptakan sistem agribisnis di dalamnya sehingga bisnisnya akan berkembang.

Salah satu produk agribisnis dari minapolitan di Pulau Lombok adalah dodol rumput laut. Dodol rumput laut adalah ikon makanan oleh-oleh dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tekstur dodol kenyal, agak liat di gigi, dan terasa asam manis di lidah. Rasanya bermacam-macam buah dan sayur. Seperti rasa sirsak, semangka, nangka, labu siam, tomat, dan lain-lain. Akan terasa kecut jika kita mencoba rasa sirsak layaknya rasa buah sirsak. Terasa manis apabila yang dicoba rasa nangka. Bahan bakunya dari tepung rumput laut yang dicampur gula dan buah-buahan yang masih segar. Makanan ini mengandung serat dan karbohidrat yang cocok untuk makanan pencuci mulut setelah makan siang.
Kemasannya bermacam-macam mulai dari keranjang bambu, toples mika, dan kotak kertas. Harga dodol dalam kotak kertas mulai Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per dus dengan berat sekitar 200 gram. Yang paling unik kemasan dari bahan anyaman bambu yang sudah diatur dalam kemasan beraneka rasa. Sangat cocok untuk oleh-oleh di kantor karena kemasannya unik dan harga per paket antara Rp 75.000 sampai Rp 150.000. Dodol rumput laut ini terbuat dari tepung rumput laut, gula dan essen Kandungan gizi per 100 gramnya adalah : Karbohidrat- 65,93gr, lemak - 0,24gr, Protein--0,15gr, Serat---0,29gr, Vitamin C--5,97mg.

Bahan baku untuk membuat dodol rumput laut, adalah rumput laut jenis Eucheuma cottoni, yang tengah dibudidaya di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah. dikarenakan kandungan kappa karagenan-nya. Kappa karagenan mempunyai amilopektin yang lebih besar dibanding Eucheuma spinosum. Eucheuma cottoni mempunyai daya ikat yang lebih kuat. Sehingga rumput laut jenis ini sangat cocok untuk pembuatan dodol Rumput laut.

Kandungan karbohidrat pada rumput laut lah yang memberikan efek lebih yaitu sebagai penstabil berat badan untuk tetap di angka ideal, dus efek bonus lainnya yaitu tubuh nan ramping padat. Meski kandungan karbohidratnya sebagian besar berupa senyawa gumi yaitu polimer polisakarida yang dikenal juga sebagai dietary fiber cukup sulit diserap pencernaan manusia, efek rasa kenyang dari kandungan ini yang mencegah kita mengkonsumsi makanan lain untuk waktu yang cukup lama. Konsistensi pola makan ini dalam jangka panjang tentunya membuat kita terbiasa untuk tidak makan berlebih, yang akhirnya menstabilkan berat badan pada kondisi ideal.

Beberapa kandungan nutrisi lain rumput laut yang juga bermanfaat bagi tubuh: Vitamin K, Kalsium, Zat Besi, Asam Lemak Omega 3 dan yodium. Jenis-jenis nutrisi ini lebih jauh lagi bisa mencegah pengeroposan tulang, pencegahan kanker, mengurangi gejala penyakit hipertensi dan menegaskan lagi ulasan di paragraf sebelumnya, menjaga tubuh awet langsing namun ideal.

Selama ini sebagian besar produksi rumput laut Provinsi NTB dipasarkan dalam bentuk rumput laut kering untuk diperdagangkan antar provinsi ke Bali, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan ke Jakarta untuk selanjutnya di ekspor ke manca negara seperti China, Hongkong, Philippina, Jepang dan Eropa. Hanya sebagian kecil yang telah diolah menjadi olahan seperti manisan, dodol, jelly, sirup, snack, mie dan selai.  Kedepannya di Provinsi NTB khususnya Pulau Lombok diharapkan mampu mengolah rumput laut menjadi produk olahan Alkaline Treated Carrageenan (ATC), Semi Refine Carrageenan (SRC) dan Refine Carrageenan (RC).

Semakin mendunianya beberapa makanan khas Indonesia seperti Gudeg Jogja, Rendang dari Padang, bukan tak mungkin disusul pula oleh makanan olahan rumput laut dari Pulau Lombok ini yaitu Dodol Rumput Laut.
Dodol rumput laut khas Pulau Lombok diharapkan mampu menjadi ikon oleh-oleh khas Pulau Lombok karena merupakan salah satu bentuk usaha dan investasi model Blue Economy yang merupakan salah satu pengembangan wilayah Kawasan Teluk Dan Pesisir --Model Pengelolaan Teluk, Pesisir Dan Daratan Terintegrasi (Blue Economy Zone).

Produk agribisnis dodol rumput laut merupakan salah satu inovasi dan kreaktivitas yang dapat memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat namun tidak merusak lingkungan karena tidak ada sisa limbah dari satu proses menjadi bahan baku dari proses produksi yang lain. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dan elemen Blue Economy.

Inovasi Bisnis Dodol Rumput Laut : Pertumbuhan Ekonomi Naik, Pendapatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Meningkat, Namun Laut Dan Langit Tetap Biru.

Sumber: novikhairi
Foto: halimah

Kamis, 08 Desember 2016

Menhub Puji Potensi Lombok "Luar Biasa"


Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendukung upaya pengembangan pariwisata NTB dalam sektor transportasi. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, Lombok merupakan salah satu destinasi bersama Candi Borobudur dan Danau Toba yang dikembangkan pemerintah. “Kita lihat potensi Lombok, memang luar biasa. Banyak culture, handicraft yang luar biasa dan potensi alam yang baik sekali. Ditambah masyarakat yang saya rasa cukup terbuka dengan wisatawan yang datang ke sini,” katanya di Bandara Internasional Lombok, Praya, Lombok Tengah, Ahad (30/10).

Ia menilai, sarana transportasi seperti pelabuhan dan bandara di Lombok sudah cukup baik dalam menopang kemajuan pariwisata Lombok. Mantan Dirut Angkasa Pura II itu menyebutkan, Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, sudah cukup baik, namun tetap diperlukan sejumlah pembenahan. “Kita dorong groundbreaking dari Gili Mas sehingga kapasitasnya membesar dan kapasitas dari pelabuhan-pelabuhan yang lebih besar bisa ditampung disana,” ungkapnya.

Budi juga menyoroti adanya pergerakan transportasi yang cukup berlebihan di darat. Berdasarkan informasi dari Pemprov NTB, jumlah pergerakan di darat mencapai 94 persen untuk distribusi logistik antar wilayah di NTB. “Tentu itu tidak sehat, nah bagaimana kita membuat sehat itu, subtitusinya yang paling murah itu adalah laut,” lanjutnya.

Karenanya, Ia mendorong agar sektor laut benar-benar dimanfaatkan untuk mengurangi pergerakan distribusi logistik di darat. Untuk ini, ia meminta, Dirjen Perhubungan Laut Antonius Tonny Budiono melakukan penelitian bagaimana mengkonversikan distribusi dari darat ke laut di Pulau Lombok.

Sementara untuk Bandara Internasional Lombok (BIL), Ia katakan, sudah cukup bagus dalam mendukung pariwisata dan konektivitas antar pulau di NTB. “Bandara sudah bagus,” pungkasnya.

Sumber: samawarea

Rabu, 07 Desember 2016

Ragam Wisata Nusa Tenggara Barat



Perjalanan dinas saya kali ini mengunjungi Pulau yang berpendudukan asli Suku Sasak, yaitu Lombok, Nusa Tenggara Barat. Setibanya di bandara Lombok International Airport - Praya pada pagi hari, saya dan tim dijemput oleh Staff Gubernur NTB, karena memang kebanyakan agenda akan dilaksanakan di Mataram bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat DR.KH.M.Zainul Majdi,MA. Agenda dinas saya di Mataram akan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 15-17 April 2014.

Sebelum memulai agenda dinas saya keesokan harinya, di hari pertama ini saya menyempatkan diri untuk mengunjungi pusat kerajinan tangan dan oleh-oleh di kota Mataram. Seperti biasa, saya sangat menyukai kain ikat/tenun ikat khas daerah. Kali ini saya membeli kain ikat lombok dengan motif khas rumah sasak yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Lombok, yaitu Desa Sukarare, Lombok Tengah dan Kabupaten Praya. Kain-nya ada yang terbuat dari tenun, kain katun dan sutra. Harganya pun beragam, tergantung kualitas kain-nya dari mulai Rp 150,000 per meter hingga jutaan rupiah. Selain kain ikat, saya juga membeli kain motif rang-rang yang sekarang ini lagi digandrungi. Harga di lombok relatif lebih murah daripada di Bali, akan tetapi pilihan ragam motifnya lebih banyak di Bali.

Setelah belanja kain, saya check-in di Sheraton Beach Resort yang berada di kawasan pantai senggigi. Perjalanan dari kota mataram menuju Senggigi menempuh waktu kurang lebih 25 menit dengan suguhan pemandangan alam yang begitu indah. Sesampainya di hotel saya beristirahat sejenak kemudian menyempatkan diri untuk berjalan mengitari taman dan berenang di resort dengan pemandangan pantai yang terlihat begitu indah dari lokasi kolam berenang resort.

Siang hari saya dan tim makan di Resotoran 99. Disini kami mencicipi Ikan bakar dan udang goreng tepung yang begitu nikmat. Di Pulau ini memang khas sekali dengan makanan seafood karena kota-nya dekat sekali dengan laut. Sambil makan, kami didatangi oleh beberapa pedagang mutiara keliling. Ternyata di lombok hampir setiap restoran khas daerah memang terdapat beberapa pedangang mutiara yang menawarkan dagangannya kepada pengunjung yang datang bersantap di restoran. Mereka menjual kalung, cincin, gelang, anting dan aksesoris lain-nya yang terbuat dari mutiara.

Kebanyakan jenis mutiara yang ditawarkan adalah yang terbuat dari kerang yang hidup di air tawar, jadi harganya relatif murah mulai dari Rp 25,000 - Rp 200,000 per aksesoris. Akan tetapi, ada juga yang menjual mutiara yang berasal dari kerang yang hidup di air laut, harganya lumayan mahal yaitu mulai dari Rp 500,000 - Rp 1,000,000 per Mutiara. Yang membeli Mutiara air laut ini akan diberikan Sertifikat untuk menjamin kualitas dan keasliannya. Daerah penghasil Mutiara dengan kualitas yang bagus adalah Sumbawa, Sekotong, Lombok barat, dan Teluk Nare.

Setelah makan siang saya kembali ke hotel untuk rapat bersama tim mengenai agenda dinas di Mataram. Setelah rapat rampung, saya kemudian bersantai sore di Malimbu yang kira-kira berjarak sekitar 20 kilometer dari resort tempat saya menginap. Malimbu merupakan daerah dataran tinggi di lombok dimana kita bisa menyaksikan indahnya pemandangan laut dan bukit-bukit yang mengitari lombok. Disini saya makan jagung bakar dan minum es kelapa muda sambil meyaksikan terbenam-nya matahari. Dari Malimbu juga dapat terlihat tiga pulau yang sangat terkenal di Nusa Tenggara Barat yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Setelah menghabiskan sore di Malimbu saya lalu kembali ke hotel untuk bersantap malam. Kebetulan malam itu ada "Indonesian Night", para tamu disuguhi hidangan prasmanan khas Indonesia dengan ditemani oleh Alunan gamelan dan Tarian Gandrong, tari tradisional suku Sasak.

Keesokan hari-nya agenda dinas saya-pun dimulai. Pagi hari, tim beserta atasan saya bersilaturahim kerumah dinas Gubernur NTB utk sarapan pagi. Uniknya, menu sarapan yang disajikan adalah menu sarapan khas Arab. Ternyata hal ini dikarenakan Gubernur NTB dulu-nya mengambil Gelar Doktor Ahli Tafsir Al-Qur'an di Universitas Kairo, Mesir sehingga makanan yang disajikan seperti thareed, luqaimat, samosa, kari kambing, roti maryam, dan teh susu, Chef-nya pun langsung orang Arab. Setelah itu kami melanjutkan kegiatan di Universitas Mataram dan mengunjungi beberapa stasiun TV dan Radio Lokal untuk talkshow live dan taping.

Malam hari-nya kami diajak oleh staff Gubernur NTB untuk makan malam dan berwisata kuliner di restoran khas di Mataram yaitu Taliwang Raya. Menu khas yang disuguhkan adalah  Ayam pelecingan, kangkung plecingan dan Es kelapa dengan Madu kristal. Rasanya nikmat sekali, sampai saya tambah dua kali. Setelah makan malam kamipun kembali ke hotel untuk beristirahat. Keesokan hari-nya kami mengunjungi beberapa pesantren yang ada di kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur kemudian malam hari-nya kembali bertolak ke Jakarta.

Sumber: saragihmeryl

Selasa, 06 Desember 2016

Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Nusa Tenggara Barat bulan Oktober 2016


Abstraksi

TPK Hotel bintang dan non bintang pada Bulan Oktober 2016 masing-masing sebesar 39,50  Persen dan 26,08 persen

Pada bulan Oktober 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang mengalami peningkatan dibandingkan bulan September 2016. TPK bulan Oktober 2016 tercatat sebesar 39,50 persen, naik 0,06 poin dibandingkan keadaan bulan September 2016 dengan TPK 39,44 persen. Sebaliknya jika dibandingkan dengan TPK bulan Oktober 2015 yang mencapai 56,42 persen, turun 16,92 poin.

Rata-rata lama menginap (RLM) tamu hotel bintang pada bulan Oktober 2016 tercatat 1,66 hari lebih rendah dibandingkan dengan RLM bulan September 2016 yang mencapai 1,67. Demikian halnya jika dibandingkan dengan RLM bulan Oktober 2015 yang mencapai 2,05 hari, terjadi penurunan 0,39 hari.

Jumlah tamu yang menginap pada hotel bintang bulan Oktober 2016 tercatat 71.938 orang, jumlah ini mengalami peningkatan 2,67 persen dibanding tamu bulan September 2016 yang sebanyak 70.064 orang. Jika dibandingkan dengan tamu menginap bulan Oktober 2015 yaitu sebanyak 60.316 orang, mengalami peningkatan sebesar 19,27 persen.

TPK hotel non bintang pada bulan Oktober 2016 tercatat 26,08 persen, turun 0,22 poin dibandingkan dengan TPK bulan September 2016 yang tercatat 26,30 persen. Demikian pula bila dibandingkan dengan TPK bulan Oktober 2015 yang mencapai 26,50 persen, turun 0,42 poin.

Rata-rata lama menginap (RLM) hotel non bintang pada bulan Oktober 2016 mencapai 1,84 hari, naik 0,01  hari dibandingkan bulan September 2016. Sedangkan jika dibandingkan dengan RLM bulan Oktober 2015 yang tercatat 1,70 hari, naik sebesar 0,14 hari.

Sumber: bps
Foto: peta

Senin, 05 Desember 2016

Membingkai Nusantara: Antara Sasak dan Jawa


Ada begitu banyak perbedaan antara Sasak dan Jawa. Misalnya, dari segi bahasa, ragam bahasa Sasak sangatlah banyak macamnya. Ragam macamnya ini, tidak hanya antar Kabupaten tapi juga antar kecamatan atau desa sekalipun yang ada di Lombok. Misalnya, untuk menyebut ngemil di daerah Suralaga menggunaka istilah bekelor. Itu tergolong secara strata bahasa halus, tapi kalau di daerah Selong itu tergolong kasar. Bahkan, pernah sewaktu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Timur mengatakan, ”mbe le kanda?” untuk mengatakan maksud dimana rumah kamu, para pelajar di daerah dusun Labuhan Haji tak mengerti apa maksudnya.

Itu baru yang terjadi di Lombok Timur. Berbeda lagi dengan apa yang terjadi di Lombok Tengah, dan Lombok Utara. Bahkan Lombok Barat sangat jauh perbedaannya. Lombok Timur, secara adat dan sejarah, kuat dengan nuansa Islam-nya, tapi Lombok Barat kental dengan nuansa peninggalan Hindu-Budha nya. Oleh karena itu, jika di Lombok Timur terkenal karena banyak Masjid-nya, Lombok Barat terkenal dengan banyak Pura-nya. Di Lombok Barat, ada blankon khas yang disebut dengan Sapu/ Udeng. Tapi, di Lombok Timur, blankon tersebut tak begitu familiar. Bahkan orang Lombok Timur yang menggunakan Sapu/ Udeng tersebut dianggap bukan orang Lombok Timur. Sehingga, dengan kata lain ragam Sasak di Pulau Lombok sangatlah plural atau heterogen.

Hal di atas sangat berbeda dengan yang ada di Jawa. Di Jawa, orang bisa berlogat Jawa berbeda, secara umum jika sudah berbeda Kabupaten. Misalnya, Jawa-nya Purwekerto terkenal dengan istilah ngapak-ngapak. Tapi, Jawanya di Solo terkenal sangat halus pembawaannya. Berbeda lagi dengan yang ada di Semarang. Misalnya, penyebutan berapa di Jawa bagian utara (Semarang, Kendal, dsb) itu pira. Tapi, di Jawa bagian utara (Yogya, Solo, dsb) itu piro. Meskipun berbeda bentuk blankon Solo dan Yogya, tapi secara umum tak jauh berbeda. Jawa, secara adat, masih cenderung homogen.

Tapi, meskipun berbeda antara Jawa dan Sasak (Lombok), terrnyata di antara keduanya, banyak persamaannya. Selama penulis bertandang lebih dari 2 kali ke sini, penulis mengamati bahwa ada banyak peninggalan Jawa yang masih tersemat di dalam budaya Sasak, atau pun Lombok secara basis geografi. Misalnya, di Lombok Timur banyak nama daerah (desa atau kecamatan) yang mirip dengan nama di Jawa: Surabaya, Wanasaba, Kediri, dan sebagainya. Bahkan Lombok, semakin ke timur, mirip seperti Jawa Timur: semakin banyak pesantrennya.

Di bahasa Sasak pun masih ada pengaruh dari Bahasa Jawa. Misalnya, untuk menyebut berapa, di Jawa menyebut dengan piro. Tapi, di Sasak menyebut dengan pire. Untuk menyebut makan dengan strata yang halus pun sama bahasanya: dahar. Mirip dengan penyebutan sudah, yaitu sampun. Bahkan, untuk menyebut tiga dan tujuh, sama-sama seperti bahasa Jawa: telu dan pitu. Oleh karena itu, di daerah KLU (Kabupaten Lombok Utara) ada istilah Islam wetu telu, untuk menggambarkan cara beragama Islam masyarakat setempat dalam tiga waktu. Pun halnya dengan Budaya Jangger yang mirip dengan di Jawa.

Well, akhirnya penulis memahami bahwa antara Sasak dan Jawa, meski dipisah oleh sebuah pulau Bali, tak membuat rentang budaya diantara keduanya terlalu lebar. Lombok masih memiliki pengaruh peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit zaman dahulu. Pun juga banyak anak-anak muda dari Lombok yang kuliah di Jawa, khususnya di Universitas Gadjah Mada, dan di daerah-daerah Jawa lainnya. Karena kita satu, Indonesia. Dan antara Sasak dan Jawa, hanya dapat dibingkai dalam satu kesatuan bernama Nusantara. Membingkai Nusantara.

Sumber: punyaridwan

Minggu, 04 Desember 2016

Ragam Hias Tenun Daerah NTB


Pada zaman dahulu daerah Nusa Tenggara Barat terdapat beberapa kerajaan kecil di Pulau Lombok dan Kesultanan Sumbawa di Pulau Sumbawa bagian Barat dan Kesultanan Bima di Pulau Sumbawa bagian Timur.

Sebelum Islam menyebar kedaerah ini, penduduk menganut kepercayaan anisme dan dinamisme, dan setelah abad ke 16 Agama Islam masuk dari Jawa Timur dan kira-kira abat ke 17 Bali kala penduduknya menganut Agama Hindu karena terdesak masuknya Agama Islam mendarat di Pantai Barat Pulau Lombok  dan diperkirakan pada beberapa dasawarsa membangun kerajaan Hindu, sedangkan di Pulau Sumbawa yang berbeda kesultanannya beragama Islam.

Dari sekelumit uraian tersebut diatas, faktor yang bersifat budaya diantaranya juga mempengaruhi  corak hasil tenun terutama yang dibuat oleh perajin pada masa itu sampai sekarang. demikian juga dalam hal seni ornament  tenunan terjadi perpaduan gaya dari beberapa pengaruh mancanegara dan pengaruh antar daerah maupun bersifat local menjadi corak ragam hias tenunan yang dimiliki oleh masyarakat daerah Nusa Tenggara Barat.

Seni corak ragam hias yang memiliki nama pada masa itu antara lain berbentuk goemetris , bentuk hewan seperti burung merak, katak, cecak ,kuda,   dan lain sebagainya.

Corak Tenunan daerah Nusa Tenggara Barat yang memilikin  sangat kaya dengan motif yang indah dan mempunyai ciri khas tersendiri seperti tenunan di Pulau Lombok yang terkenal dengan motif “ Subhanale “Konon seorang penenun saat itu merasa puas dengan hasil tenunannya serta merta mengucapkan kalimah “ Subhanallah “ artinya Maha Suci Allah ( Tuhan Yang Mahaesa ) , akibat dipengaruhi ucapannya dan  serta merta mengucapkan kalimah tersebut suatu ungkapan kata yang menggumkan Allah. Sedangkan tenunan di Pulau Sumbawa dengan motif “ Kre Alang “  Kabupaten Dompu ciri khas motif “ PA’A “ dan Kabuapten Bima dengan memiliki ciri khas motif : Nggoli “ sedangkan untuk tenunan ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ), motif dan corak beragam mengikuti perpaduan geonometris , flora dan fauna yang terdapat didaerah Nusa Tenggara Barat

Teknik Menenun:
Dari corak  dan bentuk kain yang dihasilkan oleh perajin tenun didaerah Nusa Tenggara Barat dapat digolongkan tenun pelekat, tenun songket, dan tenun ikat.
Tenun Pelekat, dasar dari teknik tenun pelekat yaitu menyilangkan kedua benang lungsi dan benang pakan disesuaikan dengan pola hias yang dikehendaki. Vareasi bermacam-macam benang diatur menurut banyaknya hiasan yang diperlukan, banyak atau sedikitnya penggunaan warna-warna tertentu. Pada umumnya benang yang akan ditenun sebelumnya sudah dilakukan pencelupan ( berwarna sesuai yang dikehendaki ). Biasanya tenunan teknik ini menghasilkan sarung , menurut istilah Bima kain sarung bermotif kotak-kotak besar disebut tembe lomba, sedangkan dengan corak yang motifnya kotak-kotak kecil disebut Bali mpida. Kain tenunan plekat ini dilihat dari corak tenunan hampir sama atau menyerupai corak tenunan dari Sulawesi Selatan, Bugis. Persamaan ini akibat dari pengeruh kerajaan pada daerah yang menghasilkan tenun corak tersebut. Salah satu ciri kain tenun Sumbawa yaitu kotak-kotak kecil. Kalau membuat dengan korak-kotak besar disebut tambe Goa, yaitu artinya tambe artinya kain sarung, sedangkan Goa maksudnya kerajaan goa di Sulawesi Selatan.  Jadi yang dimaksud corak kain sarung yang berasal dari Sulawesi Selatan.


Tenun Songket,  Songket adalah suatu teknik atau cara memebrikan hiasan pada kain tenunan. Songket sendiri berasal dari “ Sungkit “ yang artinya mengangkat beberapa helai benang lungsi dengan lidi sehingga terjadi lubang-lubang kemudian dapat dimasukan benang pakan dari benang emas atau perak secara berulang-ulang. Biasanya pola membuat songket  dilakukan dengan cara menghitung banyaknya benang lungsi  yang akan diangkat.

Pada umumnya songketan merupakan hiasan tambahan sebagai pengisi bidang , baik bagian tengah atau hiasan pinggir dari kain tenunan. Ragam hiasnya dapat berupa ceplok bunga atau unsure flora, fauna bahkan motif hias manusia juga digunakan. Sebagai hiasan pinggir kain tenunan sering dipakai motif hias tumpal  dan pucuk rebung , meader, kait dan sebagainya.

Tenunan songket banyak dihasilkan oleh sentra tenun di daerah di daerah Kab. Lombok Tengah, Sumbawa , Bima dan Dompu.

Tenun Ikat , pola hiasan yang dibuat diikat dengan serat tumbuh-tumbuhan atau raffia untuk dapat menghambat pewarna masuk pada warna yang tidak diinginkan. Proses ini dilakukan berulang-ulang menurut keperluan. Pada umumnya proses ini dilakukan pada pertenunan yang lebih cepat pengerjaan bila disbanding dengan tenunan gedogan yang disebut Tenun IKat atau ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ). Jenis tenunan ini hanya benang pakan atau lungsinya saja yang diikat yang disebut ikat tunggal. Sedangkan jika benang pakan dan lungsinya keduanya diikat disebut ikat berganda. Hasil pertenunan ini digunakan sebagai sarung, bahan pakaian , sepri, gorden dan badcover dan lain-lain

Kain tenunan daerah Nusa Tenggara Barat banyak menggunakan corak flora, fauna, mnusia , bentuk –bentuk geometris dan juga bentuk-bentuk tumpal dan mender. Jika diperhatikan baik dari segi penenunan dan penggunaan warna tenunan memiliki kekhasan sendiri, penerapan motif biasanya disesuaikan dengan fungsinya. Kain tenun yang dibuat khusus untuk tujuan kelengkapan upacara, ragam hias akan berbeda dengan kain tenun yang dibuat untuk menghias diri tujuan semata. Untuk jenis  kain tenun yang dibuat untuk kelengkapan upacara biasanya motif dan warna memiliki arti lambang simbolis, karena disini diharapkan tuahnya atau akan mendatangkan kebaikan-kebaikan tersendiri bagi pemakainya.

Berbagai macam motif kain tenun
Motif Subhanalla, Pada mulanya yang dinamakan Motif Subhanalla adalah motif geometris segi enam, didalamnya diberi isian atu dekorasi berbagai bentuk bunga seperti bunga remawa, kenanga, tanjung, warna dasar kain merah atau hitam bergaris-garis goenometris warna kuning. Dan motif Subhanalla banyak ragamnya . Penggunaan biasanya digunakan oleh kaum pria dan wanita untuk pakaian acara pesta atau upacara adat.

Motif Serat Penginang, Dalam bahasa Sasak “ Serat Penginang “ yang berarti  tempat menginang ( Makan Sirih ) . bentuk motif corak ini menggambarkan kotak-kotak segi empat dan diberikan hisan motif binatang, tepak dara dan garis silang menyilang dapat digunakan oleh pria dn wanita dalam upacara adat.

Motif Ragi Genep, Ragi adalah ungkapan dalam bahasa Sasak berarti syarat, tata cara “ Genep “ berarti cukup. Makna ungkapan ini ialah orang yang hendak berpergian sebaiknya berpakaian harus memenuhi syarat ( tata cara/norma) yang berlaku di masyarakat dan biasa dipakai sarung dan dapat dipakai sehari-hari baik   oleh pria atau  wanita. Pria untuk dodot. Wanita sebagai Selendang.

Motif Bintang Empat, Corak kotak-kotak warna merah dan hijau muda atau garis-garis mendatar dengan warna merah dan hitam. Penggambaran bentuk bintang empat menyerupai bunga ceplok. Istilah bintang empat berhubungan dengan arah mata angin yang diambil sebagai inpirasi keluarnya bintang timur pada pagi hari pertanda bahwa fajar segera tiba.
Kain bintang Empat dan Ragi Genep merupakan pasangan kain yang harus dipersiapkan bgi perempuan yang mau menikah untuk dibawa sebagai hadiah sang suami.

Motif Keker, Motif Keker menggambarkan kedamaian dalam memadu kasih bernaun di bawah pohon sebagai motif dasar benang katun dan berkembang menjadi masrized dan benang sutra dan diberikan motif berbahan benang emas atau perak.Penggunaannya untuk pakaian untuk pesta.

Motif Wayang, Ada beberapa bentuk ragam hias Wayang, pada prinsifnya wayang selalu digambarkan berpasang-pasangan diselingi atau diapit oleh paying atau pohon hayat, makna dari corak ini bahwa manusia tidak bisa hidup secara individu sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk bermusyawarah dibawah naungan paying agung , pohon hayat adalah lambang kehidupan.

Kain dengan motif ini digunakan untuk pesta atau upacara adat baik laki-laki atau perempuan
Motif Panah, Ragam hias Panah, motif ini melambangkan untuk bercermin sifat jujur seperti anak panah yang jalannya meluncur lurus dengan geometris dasar warna terang dengan dengan motif anak panah.

Kain motif ini biasanya dikenakan pada kaum pria pada acara adat nyongolan
Motif Bintang Romawe, Ragam hias Remwa berupa corak kotak-kotak yang diciptakan dengan menenun lunsi dan pakan yang warnanya berbeda . Didalam kotak-kotak tersebut diberikan hiasan motif kembang  remawa mekar, biasanya dipadukan dengan motif kupu-kupu. Kain motif ini biasanya dikenakan para gadis-gadis di Pulau Lombok.

Motif Bulan Berkurung, Ragam hias Bulan Berkurung dirajut dengan geonometris segi enam dengan assesoris bintang berjumlah enam dengan dasar warna yang cerah divareasi  motif lambe dan pucuk rebung.
Kain motif ini biasanya dikenakan pada wanita atau pria pada bulan madu sebagai sarung
Motif Bulan Bergantung, Ragam hias Bulan Bergantung dilingkaran matahari dihiasi dengan bintang-bintang dan vareasi dengan kembang dan dibawah diberikan vareasi lambed an pucuk rebung.

Kain motif ini biasanya dikenakan pada wanita atau pria pada acara adat
Motif Nanas, motif ini digunakan sebagai bahan pakaian atau sarung .
Kain motif ini biasanya dikenakan pada kaum pria dan wanita untuk pakaian sehari-hari.
Motif Anteng, Motif Anteng biasa digunakan untuk kain sabuk atau pengikat pinggang  kaum wanita  yang penggunaannya untuk pakaian sehari-hari atau upacara Nyongkol ( Acara berkunjung mempelai laki-laki keluarga mempelai perempuan ). Motif Anteng coraknya jalur-jalur lurus membujur searah dengan benang lungsinya berwarna kuning, hijau dan lainnya dan kedua ujungnya berumbai.

Motif Brut, Kain Brut pada masa lalu dibuat dari benang pintalan butan tangan ( bahan dari kapas )  yang berstektur  agak kasar, biasanya dibuat dengan motif kotak-kotak dan dipakai untuk selimut. Sedangkan kain “ Brut “ Polos tanpa motif biasanya untuk kain kapan orang meninggal sampai saat ini.

Motif Pucuk Rebung, Pucuk rebong dalam bahasa Sasak adalah ujung anak pohon bambu. Jenis kain tersebut mempunyai corak ujung anak pohon bambu, bahan yang digunakan dari benang fibre dengan warna dasar cerah dan beraneka ragam serta corak pucuk bambu berwarna disesuaikan dan warnanya lebih menonjol . Kain tersebut diperuntukan untuk kaum wanita digunakan untuk pakaian upacara adat.

Motif Kre Alang, Kain Kre Alang merupakan tenunan songket  Motif Khas daerah Sumbawa, bahan yang digunakan benang katun yang dipadukan dengan benang emas dan perak sebagai motif yang dimodifikasi kembang sebagai corak  digunakan pada upacara adat.

Motif Nggoli, Kain Nggoli berupa kain sarung , penggunaan biasanya dipakai unuk pakaian sehari-hari masyarakat bima dan mempunyai ciri khas , selain masyarakat Bima kain Nggoli dipakai untuk sarung juga untuk menutup muka yang biasanya disebut dengn Rimpu (cadar) sebagai upaya mengurangi rasa panas dari terik sinar matahari. Sarung Nggoli mempunyai warna yang cerah-cerah dn dipakai oleh wanita maupun pria
Beberapa motif tenun bima dan dompu.

Berbagai ragam motif lain dari Produk Kabupaten,Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu sebagai berikut : Motif Kaswari,    Renda, Kapikeu, Nggusu Waru, Samo’bo, Garuda Kepala Dua, Pa’a dan masih banyak motif lainnya  dan kreasi motif tersebut merupakan motif modifikasi atau perkembangan sesuai permintaan pemesan dari tenunan yang sudah ada . Biasanya motif-motif tersebut digunakan untuk bahan pakaian bagi wanita dan pria.

Sumber: disperindag

Sabtu, 03 Desember 2016

Jangan ke Lombok! Nanti gak Mau Pulang


Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat salah satu destinasi unggulan pariwisata bahari di Indonesia.Hal ini didukung oleh kondisi geografis, potensi sumberdaya dan keindahan alam serta ragam budaya yang unik. Kabupaten Lombok Barat memiliki twenty three pulau kecil dan sebagian besar merupakan pulau berdataran rendah dengan pantai berpasir putih nan indah. Gili Lontar berada pada gugusan pulau-pulau kecil yang secaraadministratif masuk wilayah Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gili Lontar merupakan pulau karang
yang dikelilingi pantai pasir putih dengan luas region 3, 3 years ago Hektar.

Gili Lontar dan Kabupaten Lombok Barat beriklim tropis dengan curah hujan tidak merata dimana wilayah bagian tengah pada umumnya curah hujan cukup tinggi dibandingkan bagian wilayah utara dan selatan.

Gili Lontar merupakan pulau yang tidak berpenduduk dan berada di perairan Gili Sekotong. Jika dilihat dari udara, Gili Lontar berbentuk oblong hampir sempurna,dan tampak seperti donat atau seperti piring besar dengan sayuran di atasnya dengan hamparan pasir pantai berwarna putih dan perairan merah muda.

Tidak terdapat sarana prasarana seperti dermaga maupun akses jalan permanen/setapak.

Secara administrasi, Gili Lontar terletak di wilayah Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kondisi Ekosistem Gili Lontar ditumbuhi vegetasi yang cukup lebat dan tebal yang didominasi oleh pohon resede (kleresede), adapun di tengah pulau terdapat ruang terbuka yang dipenuhi oleh ilalang dan rumput hijau subur. Gili Lontar mempunyai keindahan panorama alam bawah laut dan daratan.
Perairan di sekitar Gili Lontar yang bersih dan jernih serta pantai berpasir putih kemerahan yang lembut dan menawan sangat cocok untuk berbagai aktivitas rekreasi. Di pulau ini wisatawan dapat berenang, berjemur (sun bathing), parasailing, scuba diving, olahraga air flow (watersport), jetsky, banana fishing boat, paralayang, memancing, dan sebagainya.

sumber: lomboq99

Kamis, 01 Desember 2016

PENGARAHAN RUTIN EVALUASI OLEH KEPALA KANTOR PERTANAHAN KOTA MATARAM


Pada hari Selasa tanggal 21 Oktober 2014, Kepala Kantor Pertanahan Kota Mataram Bapak Wasis Suntoro, A.Ptnh, MH mengadakan pertemuan dan pengarahan rutin yang dihadiri oleh seluruh pejabat struktural dan karyawan/karyawati pada Kantor Pertanahan Kota Mataram guna evaluasi seluruh kegiatan di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Mataram yang mana pengarahan ini diadakan setiap hari Selasa minggu ke 3 setiap bulannya.

Dalam pengarahan beliau yang dilaksanakan setelah apel pagi ini, Bapak Wasis Suntoro, A.Ptnh, MH menyampaikan hasil pengarahan Bapak Deputi Bidang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Deputi IV) Badan Pertanahan Nasional BPN RI Bapak Prof. Dr. Budi Mulyanto, M. Sc di Kantor Wilayah BPN Provinsi NTB mengenai evaluasi kinerja melalui SKMPP yang mana SKMPP untuk Provinsi NTB pada umumnya masih mendapatkan warna merah, namun khusus untuk Kantor Pertanahan Kota Mataram satu-satunya Kantor Pertanahan yang mendapatkan warna Biru untuk laporan SKMPP di Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka sebab itu Bapak Kepala Kantor Pertanahan Kota Mataram Bapak Wasis Suntoro, A. Ptnh., M.H menyampaikan rasa terimakasih beliau kepada seluruh jajaran Kantor Pertanahan Kota Mataram yang sudah melakukan yang terbaik untuk pelayanan kepada masyarakat, beliau juga berharap agar tetap menjaga koordinasi, kekompakan, keakraban dan kooperatif yang sudah terjalin selama ini dan berharap dapat terus berjalan dan lebih ditingkatkan lagi.

Mengenai Rapport SKMPP untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat yang masih merah, Bapak Prof. Dr. Budi Mulyanto, M. Sc berharap agar Kantor Pertanahan yang masih mendapatkan rapport merah untuk segera menyelesaikan percepatan Legalisasi Asset terutama program Redistribusi dan Tanah Pertanian.

Sejalan dengan perubahan era kepemimpinan dimana sekarang Indonesia mempunyai Presiden baru yaitu Bapak H. Joko Widodo yang mana diketahui beliau mengutamakan pelayanan publik kepada masyarakat, maka Kantor Pertanahan Kota Mataram akan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Diakhir pengarahan Kepala Kantor Pertanahan Kota Mataram Bapak Wasis Suntoro, A. Ptnh., M.H juga menginformasikan kepada karyawan/karyawati Kantor Pertanahan Kota Mataram bahwa remunerasi berdasarkan informasi akan dicairkan dibulan Desember sehingga diharapkan dengan adanya remunerasi bisa meningkatkan semangat kerja dan tertib absensi elektrik, selain itu juga agar apel yang setiap pagi dan olahraga serta imtaq setiap hari jumatnya tetap diadakan seperti biasa di Kantor Pertanahan Kota Mataram sesuai dengan surat edaran Sekretaris Utama BPN RI.

Sumber: mataramkota

Jumat, 25 November 2016

Pahlawan di Mata Masyarakat NTB


Dalam rangka memperingati hari Pahlawan tahun 2016, pada hari Rabu 9 November 2016 bertempat di  halaman  Kampus IAIN Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Mataram Jalan Gajah Mada Kel. Jempong Baru Kec. Sekarbela Kota Mataram, dilaksanakan acara Berugaq Goes To Campus dengan tema "Pahlawan di Mata Masyarakat NTB" yang di selenggarakan oleh TVRI NTB. Acara yang dihadiri oleh Danrem 162/WB ( Kolonel Inf.Farid Makruf MA), Ketua Veteran Prov.NTB/LPRI Jendral Purn. Abdul Kadir SIP., Dekan Dr Hj Nurul Yakin, DR ahmad Ashari, Dosen Fakultas 1 Tarbiah dan Keguruan IAIN Mataram, Komentator TVRI NTB yaitu bapak Chairil Anwar, berlangsung tertib.

Dalam kesempatan tersebut berbagai bahasan mengenai makna dari hari Pahlawan, diantanya menanggapi arti dari seorang Pahlawan adalah seseong yang berjuang secara konsisten, memperjuangkan kebenaran dan kebaikan demi bangsanya. Seperti apa yang disampaikan oleh Danrem 162/WB kepada seluruh peserta acara Berugaq goes To Campus dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa di jaman sekarang, kita sudah tidak lagi berjuang melawan penjajah yang ingin menguasai bangsa kita, saat ini bangsa kita sudah merdeka, kemrdekaan yang direbut oleh para pendahulu/para Pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga untuk memberikan kemerdekaan kepada kita semua, dan di jaman damai seperti saat ini,  kita harus melanjutkan perjuangan para Pahlawan dengan berbuat yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara. Salah satu hal nyata yang harus kita buat yaitu dengan cara memajukan wilayah kita yaitu wilayah NTB yang kita cintai bersama. Kita ketahui bersama bahwa wilayah NTB memiliki potensi besar untuk menjadi lebih maju dan sejahtera, karena NTB memiliki potensi yang sangat kaya.

Alam yang indah dan berbagai potensi lain yang dimiliki “siapa tidak kenal dengan Pulau Moyo”, pulau Moyo sangat terkenal dimanca negara, namun banyak orang yang masih bertanya sudah aman, pertanyaan seperti inilah yang menjadi PR kita bersama, untuk itu mari kita rubah pertanyaan dan pendapat masyarakat luar mengenai kultur masyarakat NTB yang selama ini dikenal masyarakat luar banyak menyelesaikan masalah dengan kekerasan, oleh sebab itu saya mengajak seluruh masyarakat khususnya melalui adik-adik Mahasiswa yang merupakan generasi penerus untuk merubah pandangan masyarakat luar mengenai NTB.

Sebagai generasi penerus kita harus dapat memaknai dan menghargai jasa para Pahlawan dengan meneruskan perjuangannya, dalam kontek perguruan tinggi berjuangan yang nyata dilakukan adalah menuntut ilmu sekuat tenaga untuk dapat meraih prestasi agar bermanfaat bagi masyarakat, dan mampu membawa nama baik bangsa dan negara, serta selalu menjaga keutuhan NKRI. Selain itu dalam kesempatan tersebut Danrem 162/WB Kolonel Inf Farid Makruf, M.A., juga menyampaikan mengenai tugas kita sebagai generasi penerus bangsa, dan mengenai ancaman yang saat ini tengah mengintai negeri ini seperti ancaman bahaya Narkoba, bahaya Komunis gaya baru, dan berbagai aliran radikal,  serta berbagai ancaman lainnya yang dapat mengganggu keutuhan negara.

Danrem menekankan kepada seluruh masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak sekali-kali melupakan landasan dasar negara kita yaitu Pancasila, mari kita jaga bangsa dan negara ini dengan tidak melakukan perbuatan yang melanggar nilai-nilai Pancasila, mari kita maknai hari Pahlawan ini dengan selalu berbuat yang terbaik demi kemajuan wilayah, bangsa dan negara yang kita cintai dan menjaga keutuhan NKRI.

Sumber: koremwirabhakti

Sabtu, 19 November 2016

Pendakian Gunung Rinjani (Lombok - Nusa Tenggara Barat)


Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 MDPL yang terletak di Pulau Lombok,Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia setelah Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 MDPL yang terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur.

Jalur resmi pendakian Gunung Rinjani ini untuk memudahkan para pendaki yang ingin menuju gunung Rinjani di Lombok Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl adalah gunung yang selama ini sering menjadi tujuan utama para pendaki lokal maupun internasional karena tingkat keindahannya memang di atas rata - rata dengan adanya Danau Segara Anak di kawasan puncaknya.

Ada beberapa jalur resmi dan utama yang sering di gunakan oleh pendaki Rinjani. Berikut ini jalur - jalurnya.

JALUR SENARU
Pendakian melalui Jalur Senaru merupakan jalur pendakian paling ramai, hal ini disebabkan selain sebagai jalur wisata treking juga kerap dipergunakan sebagai jalur pendakian oleh masyarakat adat yang akan melakukan ritual adat / keagamaan di puncak Rinjani atau Danau Segara Anak. Pusat Pendakian Terpadu ( Rinjani Trek Centre ) Senaru.
Rute pendakian yaitu Senaru - Pelawangan Senaru - Danau Segara Anak dengan berjalan kaki memakan waktu ± 10 - 12 jam melalui trail wisata yang berada dalam hutan primer dan sepanjang jalan trail telah disediakan sarana peristirahatan pada setiap pos.

Dari pintu gerbang Senaru sampai Danau Segara Anak terdapat tiga pos. Sepanjang jalan trail pengunjung dapat menikmati keindahan hutan belantara dan bebatuan yang menakjubkan.

Untuk memperoleh informasi mengenai pendakian Gunung Rinjani telah disediakan Pusat Pendakian Terpadu ( Rinjani Trek Centre ) atas kerjasama Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan NZAID ( New Zealand Asistance International Development ), Dari Danau Segara Anak bila anda ingin melanjutkan perjalan ke Puncak Gunung Rnjani anda harus menuju ke pelawangan sembalun yang membutuhkan waktu ± 4 Jam, dari pelawangan sembalun ke Puncak Rinjani membutuhkan waktu 4 - 5 Jam.

Pendakian ke puncak umumnya dilakukan pada pukul 2 dinihari, ini dimaksudkan agar pada pagi harinya dapat menikmati matahari terbit ( Sunrise ) dari Puncak Gunung Rinjani serta dapat menikmati pemandangan seluruh pulau Lombok bahkan pulau Bali apabila cuaca cerah.
- Mataram - Senaru ( ± 3 - 4 Jam Kendaraan Umum )
- Senaru - Danau Segara Anak ( ± 7 - 10 Jam Jalan Kaki )
- Danau Segara Anak - Pelawangan Sembalun ( ± 4 Jam Jalan Kaki )
- Pelawangan Sembalun - Puncak Rinjani ( ± 2 - 3 Jam Jalan Kaki )

JALUR SEMBALUN
pendakian melalui Jalur Sembalun merupakan jalur yang ramai dilalui oleh pengunjung terutama oleh para penggemar treking. Rute yang dilalui adalah gerbang sembalun lawang - pelawangan sembalun - puncak rinjani memakan waktu 9 - 10 jam. Jalur ini sangat dramatis dan mengesankan trail wisata yang anda lalui merupakan padang savana dan punggung gunung yang berliku - liku dengan jurang disebelah kiri dan kanan jalur.

Dibandingkan jalur Senaru, jalur pendakian ini tidak terlalu curam, namun karena didominasi oleh padang savana menjadikan perjalanan anda bermandikan peluh oleh teriknya matahari yang menyengat, namun semua itu akan sirna saat anda dibuat terpana oleh indahnya pemandangan padang dan hutan yang luas sepanjang lembah - lembah nan hijau disebelah timur Gunung Rinjani, bahkan mata anda akan dimanjakan oleh indahnya selat Alas dan Pulau Sumbawa di kejauhan.

Setelah tiba di puncak Rinjani anda bisa beristirahat sejenak sembari menikmati panorama alam dan berbangga diri telah menginjakkan kaki disalah satu kaki langit di Indonesia serta menimbulkan rasa kekaguman akan ciptaan Tuhan.
- Mataram - Sembalun (± 4-5 jam kendaraan umum)
- Sembalun Lawang - Puncak Gunung Rinjani ( ± 7 Jam Jalan Kaki )
- Sembalun Lawang - Danau Segara Anak ( ± 2 - 3 Jam Jalan Kaki )

JALUR TOREAN
pendakian melalui Jalur Torean,Sepanjang jalur ini, dari Desa Torean menuju kali Tiu ( batas Tenggara ) yang merupakan Pos I pendakian dapat dijumpai ladang, padang pengembalaan, perkebunan dan merupakan kawasan Hutan Produksi. Kemiringan 20 - 45% jarak desa Torean dengan batas Tenggara ( Pos I ) ± Km 5,00 Km dengan kemiringan ±10 - 30%.

Flora yang dapat dijumpai yakni: Bajur, Klokos Udang, Rotan Hutan, Bangsal, Lengsir, Jambu, Bunut, Blimbing Hutan, Juwet, Paku - pakuan, Ketimunan, Rajumas, Tapan Dawa. Sedangkan Fauna yang dapat dijumpai yakni: beberapa jenis burung ( perkici, Daweuh, Kecial, Srigunting ).

Jarak dari Pos III Torean menuju ke Plawangan Torean ± 3,50 Km dengan kemiringan ± 30 - 40%, sepanjang perjalanan kita akan berada dalam apitan 2 buah gunung dan kita juga dapat menikmati aliran sungai ( Kokok ) Putih.
- Mataram - Torean ( ± 4 - 5 Jam Kendaraan Umum )
- Torean - Danau Segara Anak ( ± 8 - 9 Jam Jalan Kaki )

Jika anda ingin melakukan perjalanan atau pun pendakian ke Gunung Rinjani,adapun rute - rute dan biaya yang perlu anda keluarkan :
Jalur Darat.

Perjalanan anda dimulai dari Stasiun Jakarta Pasar Senen menggunakan Kereta Api Gaya Baru Malam Menuju Stasiun Gubeng Surabaya. seharga  Rp. 110.000,- Dari Stasiun Gubeng menggunakan Kereta Api Sri Tanjung Menuju Stasiun Banyuwangi Baru. Dengan harga Rp. 100.000,-  Dari Stasiun Banyuwangi Baru berjalan 10 menit menuju Pelabuhan Ketapang Banyuwangi dan mencari kapal Ferry tujuan Pelabuhan Gilimanuk Bali.

Harga Sebesar Rp 10.000,- Sesampainya di Pelabuhan Gilimanuk, berjalan menuju terminal Gilimanuk. Disini anda bisa mencari bus langsung jurusan Pelabuhan Padang Bay. Bus sejenis Elf ini mematok tarif  Rp. 50.000 – Rp 100.000 Di Pelabuhan Padang Bay kembali naik kapal Ferry jurusan Pelabuhan Lembar Lombok. Harga Rp. 45.000 - Dari Pelabuhan Lembar Lombok menuju Terminal Mandalika Mataram naik carry dengan tarif sekitar Rp 50.000,- lama perjalanan 2 jam.

Dari Terminal Mandalika naik mobil engkel (sejenis elf) menuju Pasar Aikmel dengan tarif Rp 30.000,- waktu tempuh 1 jam. Di Pasar Aikmel ini pendaki bisa berbelanja logistik untuk pendakian.Dari Aikmel menuju Sembalun naik mobil pick up, tarif Rp 35.000,- dengan waktu tempuh 2 jam.

Jalur Udara
Rumah - Bandara Lombok Praya
Bandara - Sembalun (langsung)
Bisa sewa mobil dari bandara sampai Sembalun dengan tarif sekitar Rp 600.000,- bisa diisi sampai dengan 10 orang dengan lama perjalanan 3-4 jam.

Bandara - Sembalun (estafet)
Mencarter mobil tujuan hanya sampai di Kopang, Lombok Tengah dengan ongkos Rp. 200.000. Dilanjutkan naik Mini Bus jurusan Labuhan Lombok dan turun di Aikmel Rp 30.000,- Dilanjutkan naik mobil pick up ke Sembalun Lawang Rp. 35.000,- dengan lama perjalanan sekitar 4 jam.

Naik Bus Bandara Jurusan Senggigi dan turun di Terminal Mandalika dengan tarif Rp 50.000,- kemudian naik mini bus menuju ke Aikmel dengan tarif Rp 25.000,- Dari Aikmel naik mobil pick up ke Sembalun Lawang Rp 45.000,- Total lama perjalanan sekitar 5 jam.

Sumber: panjitriana

Rabu, 16 November 2016

Puluhan Grup Drumband se NTB Unjuk Gigi di Sumbawa


Lomba Drumband tingkat Provinsi NTB berlangsung meriah. Puluhan grup drumband yang berasal dari kabupaten/kota di Provinsi NTB unjuk gigi pada event yang digelar sebagai rangkaian Festival Moyo 2016. Mereka menunjukkan kebolehannya, Selasa (4/10). Display atraksi yang dibuka oleh grup drumband tingkat sekolah dasar berhasil menyedot perhatian masyarakat Kabupaten Sumbawa yang turut serta memadati halaman kantor Bupati Sumbawa—lokasi pusat kegiatan.

Kegiatan Lomba Drumband tingkat Provinsi NTB tersebut akan berlangsung selama tiga hari. Sebelumnya digelar parade oleh para peserta yang mengambil start dari Lapangan Pahlawan Sumbawa dan berakhir di RTH Taman Mangga, kemudian dibuka secara resmi Sekda Sumbawa Drs H Rasyidi, yang berharap dalam perlombaan menjunjung tinggi sportivitas dan dewan juri bersikap profesional.

Esok harinya, tepatnya Rabu 5 Oktober 2016 lomba akan dilanjutkan dengan display oleh grup drumband tingkat SMP dan SMA, sekaligus ditutup secara resmi yang didahului dengan pengumuman pemenang.

Sumber: samawarea

Kamis, 10 November 2016

Serba-serbi MTQ, Masyarakat NTB Antusias Sambut MTQ


Antusiasme masyarakat NTB dalam menyambut penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Nasional XXVI di Mataram benar-benar luar biasa. Mereka tumpah ruah di sepanjang jalan yang dilewati peserta karnaval dari semua provinsi di Indonesia.
Tak hanya itu, di stand pameran yang belum dibuka juga sudah diserbu masyarakat.

Berdasaarkan pantauan bimasislam, tempat parkir pameran yang ditempatkan di pasar belakang komplek Islamic Center sudah tidak bisa menampung kendaraan roda dua.
Bahkan, di dalam komplek Islamic Center puluhan odong-odong telah memenuhi sisi selatan tempat dilangsungkannya pembukaan MTQ ini.

Dengan didampingi orang tuanya, anak-anak naik sembari tertawa riang gembira. Selain itu jugabanyak dimeriahkan dengan berbagaipedagang kaki lima dan hiburan anak-anak.

Pembukaan MTQ secara resmi akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada Sabtu malam (30/07) diikuti 1200 peserta dari seluruh pelosok tanah air, dan dihadiri para menteri Kabinet Kerja, para gubernur dari seluruh Indonesia, dan Duta Besar Asing di Indoensia.

Sumber: kemenag